Mengapa Kenya Jago di Lari Marathon? Ini Penjelasannya
Beberapa bulan lalu saya pernah menulis di Kompasiana soal pelari Jamaika yang jago dalam lari jarak pendek. Tulisan itu bisa dibaca di sini. Kini, saya menulis soal negara Kenya yang jago dalam lari marathon. Ada beberapa hal yang bisa menjelaskan mengapa Kenya jago di lari jarak jauh tersebut.
Rekor dunia lari marathon untuk putra saat ini dipegang pelari Kenya, Eliud Kipchoge. Dia membuat rekor pada tahun 2016 di ajang Berlin Marathon. Saat itu, waktu yang ditempuh Kipchoge adalah 2 jam, 1 menit, 39 detik. Sekadar diketahui, Kipchoge juga adalah peraih medali emas marathon Olimpiade 2016.
Sebelum dipecahkan Kipchoge, rekor dunia lari marathon putra juga dipegang pelari Kenya. Di tahun 2011, Patrick Makau membuat rekor lari marathon dengan waktu 2 jam, 03 menit, 28 detik. Pada 2013, Wilson Kipsang memecahkan rekor Makau dengan catatan 2 jam, 3 menit, 23 detik. Pada Dennis Kimetto pada 2014 memecahkan rekor Kipsang dengan catatan 2 jam, 2 menit, 57 detik. Sampai kemudian rekor Kimetto dipecahkan Kipchoge. Artinya, sejak 2011, rekor lari marathon putra selalu dipegang pelari dari Kenya.
Di sektor putri pun saat ini rekor lari marathon dipegang pelari Kenya. Mary Jepkosgei Keitany membuat rekor baru lari marathon pada 2017 dengan catatan 2 jam, 17 menit, dan 1 detik. Mary melakukannya di lari marathon yang hanya diikuti pelari putri.Kemudian, Brigid Kosegi yang juga dari Kenya membuat rekor baru pada 2019. Dia membuat rekor lari marathon 2 jam, 14 menit, dan 4 detik. Namun, Brigid melakukannya pada lari marathon yang tak hanya diikuti pelari wanita. Di Olimpiade 2016 lalu, pelari Kenya Jemima Sumgong menyabet medali emas.
Pelari Kenya yang merajai marathon membuat saya mencari tahu mengapa mereka bisa berjaya. Saya kemudian mendapatkan jawabannya di medium.com. Setidaknya ada tiga alasan mengapa Kenya sangat bagus di lari marathon.
Pertama, pelari Kenya memiliki kaki yang ramping. Dijelaskan bahwa kaki pelari Kenya lebih ringan 400 gram dari pelari Eropa. Rampingnya kaki ini diketahui bisa membuat penghematan energy 8 persen saat berlari. Keunggulan genetik ini membuat pelari Kenya lebih unggul untuk lari jarak jauh seperti marathon.
Kedua, faktor geografis Kenya yang merupakan negara pegunungan. Pegunungan melintas dari utara ke selatan yang rata-rata tinggi datarannya 1.500 meter di atas permukaan laut. Lari di dataran tinggi memang menyulitkan karena oksigen tipis. Tapi, jika terbiasa akan membuat tubuh beradaptasi.
Dijelaskan jika berlari di dataran tinggi tubuh manusia akan memproduksi lebih banyak sel darah merah untuk menangkap oksigen yang terbatas. Paru-paru kemudian akan meningkatkan kapasitas untuk menghirup lebih banyak udara. Akibatnya, pelari Kenyta itu memiliki paru-paru yang lebih kuat.
Ketiga adalah desakan kemiskinan. Kemiskinan membuat orang di Kenya ingin keluar dari lingkaran itu. Salah satu caranya adalah menjadi pelarui. Mereka bekerja keras menjadi pelari profesional. Mereka pun bekerja keras untuk berlatih menjadi pelari.